Pasaman Barat – Sebuah goa yang berada di Nagari Seberang Kenaikan, Kecamatan Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat, kembali menjadi perbincangan hangat masyarakat dan pemerhati sejarah lokal.
Goa yang dikenal sebagai Goa Sitorus ini tidak hanya menyimpan panorama alam yang eksotis, namun juga membawa aroma sejarah panjang yang dikaitkan dengan salah satu marga Batak, yaitu Sitorus. Pertanyaannya, apakah ada hubungan antara nama goa ini dengan jejak marga tersebut?
Penamaan Goa Sitorus menimbulkan rasa penasaran banyak kalangan. Nama "Sitorus" sendiri sangat lekat dengan marga dari kelompok Batak Toba yang diketahui memiliki akar sejarah kuat, salah satunya dengan Kerajaan Pane yang dahulu berdiri di wilayah Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Beberapa kalangan menduga bahwa nama goa ini bukanlah kebetulan, melainkan menyimpan kisah migrasi atau persinggahan tokoh bermarga Sitorus pada masa lampau.
Wilayah Gunung Tuleh yang berada di perbatasan Sumatera Barat dengan Sumatera Utara memang sejak lama dikenal sebagai jalur lintas budaya. Interaksi antar masyarakat Minangkabau, Mandailing, dan Batak sudah menjadi bagian dari sejarah panjang daerah ini. Maka, tidak menutup kemungkinan jika Goa Sitorus merupakan saksi bisu dari perjalanan sejarah salah satu cabang marga Batak yang menyebar hingga ke tanah Pasaman atau sebaliknya adanya hubungan warga Sumatera Barat ke tanah Batak sebagaimana dijelaskan dalam Pustaka Alim Kembaren berbahasa Karo mengenai migrasi orang Pagaruyung ke daerah sekitar Danau Toba.
Secara geografis, letak Goa Sitorus memang strategis. Terletak tidak jauh dari permukiman penduduk dan berada di kawasan yang masih alami, goa ini memiliki rongga besar yang disebut-sebut pernah digunakan sebagai tempat perlindungan dan bahkan sempat dijadikan tempat ritual oleh masyarakat lokal. Namun yang menarik adalah cerita lisan yang menyebut adanya keluarga atau tokoh bermarga Sitorus yang pernah tinggal atau menetap sementara di wilayah tersebut.
Masyarakat setempat memang belum memiliki catatan tertulis yang membuktikan keterkaitan antara marga Sitorus dan goa ini, tetapi penamaan yang persis dengan nama marga besar Batak tidak dapat diabaikan begitu saja. Para tetua kampung menyebut bahwa nama goa tersebut sudah dikenal sejak puluhan tahun silam dan dipercaya menyimpan banyak cerita masa lalu yang belum digali secara mendalam.
Sejumlah peneliti lokal mulai mencoba menghubungkan narasi ini dengan sejarah migrasi suku-suku dari wilayah Tapanuli ke arah barat daya Sumatera. Dalam banyak catatan sejarah, pergerakan masyarakat Batak ke wilayah Minangkabau sering terjadi, baik karena faktor dagang, politik, maupun peperangan. Hal ini dimungkinkan terjadi terutama di era transisi kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di dataran tinggi Sumatera.
Salah satu versi yang berkembang menyebut bahwa seorang tokoh bermarga Sitorus, yang masih memiliki garis keturunan dari Kerajaan Pane, pernah melintasi kawasan Pasaman sebagai bagian dari pelarian atau ekspedisi dari konflik di tanah asalnya. Dalam perjalanan itu, ia dan rombongannya menemukan goa sebagai tempat perlindungan yang kemudian dikenal sebagai Goa Sitorus.
Kerajaan Pane sendiri dikenal sebagai salah satu kerajaan Batak klasik yang memiliki pengaruh luas di kawasan Padang Lawas. Walau begitu, di struktur persukuan Minangkabau juga dikenal Sukai Panai yang penamaannya mirip dengan Marga Pane di Sumatera Utara
Hubungan antara kerajaan ini dan masyarakat bermarga Sitorus terjalin dalam sistem sosial dan politik yang kuat, di mana marga menjadi bagian penting dari identitas politik kerajaan tersebut. Jika memang benar ada kaitannya, maka jejak Sitorus di Pasaman bisa menjadi bukti sejarah diaspora marga Batak ke luar wilayah Tapanuli.
Dalam konteks budaya, kehadiran nama Sitorus di wilayah Minangkabau menunjukkan akulturasi yang khas. Meski marga Batak umumnya tidak digunakan dalam sistem kekerabatan Minang, beberapa kelompok perantau tetap mempertahankan nama marga sebagai identitas leluhur mereka. Tidak jarang pula, mereka menyesuaikan diri dengan budaya lokal tanpa meninggalkan sepenuhnya jejak asal usulnya.
Goa Sitorus kini tidak hanya dilihat sebagai objek wisata alam semata. Banyak pihak mulai tertarik menggali sejarah lisan dan kemungkinan arkeologis dari situs ini. Penelusuran terhadap artefak atau simbol-simbol yang mengaitkan goa dengan budaya Batak bisa menjadi langkah awal untuk membuka tabir sejarahnya. Bahkan, keterlibatan sejarawan dan arkeolog dari dua provinsi bisa memperjelas narasi ini secara akademis.
Pemerintah nagari dan kecamatan pun mulai melihat potensi Goa Sitorus sebagai warisan sejarah yang perlu dilestarikan dan dijadikan aset wisata berbasis budaya. Pembangunan fasilitas pendukung mulai dirancang secara bertahap, dengan tetap mempertahankan keaslian kawasan dan nilai-nilai sejarah yang mungkin terkandung di dalamnya.
Kisah Goa Sitorus mengajarkan bahwa setiap nama dan tempat memiliki cerita panjang yang bisa jadi berkaitan dengan pergerakan besar sejarah manusia. Dalam hal ini, marga Sitorus yang dikenal luas di tanah Batak berpotensi memiliki titik temu dengan wilayah Pasaman Barat, memperkuat narasi sejarah lintas etnis di Sumatera.
Bagi generasi muda, kisah ini bisa menjadi inspirasi untuk lebih memahami akar sejarah daerahnya, serta menghargai keragaman budaya yang telah lama berinteraksi secara damai. Pasaman Barat yang selama ini dikenal sebagai wilayah Minang ternyata menyimpan jejak-jejak budaya lain yang tak kalah penting.
Ke depan, diperlukan kajian yang lebih serius dari pihak universitas, dinas kebudayaan, dan komunitas sejarah lokal untuk mendokumentasikan dan mengangkat kembali kisah Goa Sitorus dalam peta sejarah Sumatera. Potensi keterhubungan antar wilayah melalui jejak marga seperti Sitorus bukan hanya menarik secara ilmiah, tetapi juga memperkaya narasi sejarah Indonesia yang bersifat majemuk.
Maka, Goa Sitorus di Nagari Seberang Kenaikan bukan sekadar goa alami biasa. Ia menyimpan misteri nama dan asal-usul yang mengaitkan satu titik di Pasaman Barat dengan sejarah besar Kerajaan Pane dan marga Sitorus di Padang Lawas Utara. Cerita ini belum selesai, dan mungkin baru saja dimulai untuk ditelusuri lebih dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar